setelah kita mempelajari tipe-tipe kepribadian setiap individu, sekarang kita akan membahas apa saja yang menjadi faktor yang bisa memepengaruhi kepribadian seseorang.
Sejak dahulu memang sudah disepakati bahwa pribadi tiap orang itu tumbuh atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam, yang sudah dibawa sejak lahir, berwujud benih, bibit, atau sering juga disebut, kemampuan-kemampuan dasar. KH. Dewantara menyebutnya faktor dasar, dan faktor dari luar, faktor lingkungan, atau yang oleh KH. Dewantara disebut faktor ajar. Yang belum disepakati adalah faktor yang manakah yang lebih kuat antara kedua faktor tersebut .
Sejak dahulu ada dua aliran yang sangat bertentangan, yaitu kaum nativisme yang dipelopori oleh Schoupenhouer, berpendapat bahwa faktor pembawaan lebih kuat daripada faktor yang datang dari luar. Aliran ini disokong oleh aliran Naturalisme yang ditokohi oleh J.J. Rousseoau, yang berpendapat bahwa segala yang suci dari tangan Tuhan, rusak ditangan manusia. Anak manusia itu sejak lahir, ada di dalam keadaan yang suci, tetapi karena dididik oleh manusia, malah menjadi rusak. Ia bahkan kenal dengan segala macam kejahatan, penyelewengan, korupsi, mencuri dan sebagainya. Di dalam keadaan sehari-hari sering juga dapat kita lihat adanya orang-orang yang hidup dengan bakatnya, yang telah dibawa sejak lahir, yang memang sukar sekali dihilangkan dengan pengaruh apapun juga .
Dipihak lain, aliran empirisme, yang dipelopori oleh John Locke, dengan teori tabula rasanya, berpendapat bahwa anak sejak lahir, masih bersih seperti tabula rasanya, dan baru akan dapat berisi bila ia menerima sesuatu dari luar, lewat alat inderanya. Karena itu pengaruh dari luarlah yang lebih kuat daripada pembawaan manusia. Aliran ini disokong oleh J.F Hebart dengan teori Psikologi Asosiasinya, yang berpendapat bahwa jiwa manusia sejak dilahirkan itu masih kosong. Baru akan berisi sesuatu bila alat inderanya telah dapat menangkap sesuatu, yang kemudia diteruskan oleh urat syarafnya, masuk di dalam kesadarannya, yaitu jiwa. Didalam kesadaran ini, hasil tangkapan itu tadi meninggalkan bekas. Bekas ini disebut tanggapan. Makin lama alat indera yang dapat menangkap rangsang dari luar ini makin banyak dan semuanya itu meninggalkan tanggapan. Didalam kesadaran ini tanggapan yang sejenis, sedang yang tolak-menolak adalah tanggapan yang tidak sejenis .
Didalam kehidupan sehari-hari juga dapat kita saksikan kebenaran teori tersebut. misalnya kita yang waktu kecil belum dapat apa-apa setelah bersekolah, kita dapat mengetahui apa yang diajarkan oleh guru kita. Kita dapat membaca, menggambar, berhitung dan sebagainya. Yang itu merupakan pengaruh dari luar.
Melihat pertentangan kedua aliran itu W. Stern, mengajukan teorinya yang terkenal dengan teori perpaduan, atau teori convergenci yang berpendapat bahwa kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Keduanya saling memberi pengaruh. Bakat yang ada pada anak, ada kemungkinan tidak akan berkembang kalau tidak dipengaruhi dari oleh segala sesuatu yang ada dilingkungannya. Demikian pula pengaruh dari lingkungan juga tidak akan dapat berfaedah apabila tidak ada yang menanggapi di dalam jiwa manusia. Hasil paduan itu kemudian digambarkan oleh W. Stern sebagai garis diagonal dari suatu jajaran genjang. Tentang kekuatan yang manakah yang lebih menentukan, tentu saja bergantung pada faktor manakah yang lebih kuat diantara kedua faktor tersebut. Misalnya seorang anak yang berbakat melukis, dia akan selalu menunjukkan bakatnya disetiap saat. Demikian pula anak yang berbakat lainnya, sekalipun ia mendapatkan rintangan dari luar. Tetapi juga sebaliknya bila anak tersebut tidak berbakat tehnik, sekalipun diajarkan kepadanya pengetahuan tentang tehnik sampai Perguruan Tinggi sekalipun, ia tetap tidak akan tertarik. Ia hanya akan dapat melakukannya seperti apa yang dicontohkannya. Ia tidak akan tertarik dan tidak akan mendalaminya, sehingga karena itu hasil kerjanya pun tidak akan pernah memuaskan.
Adapun yang termasuk faktor dalam atau faktor pembawaan, ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat ketubuhan. Kejiwaan yang berwujud fikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan, dan sebagainya, yang dibawa sejak lahir, ikut menetukan pribadi seseorang. Keadaan jasmanipun demikian pula. Panjang pendeknya leher, besar kecilnya tengkorak, susunan urat syaraf, otot-otot, susunan dan keadaan tulang-tulang, juga mempengaruhi keadaan pribadi manusia .
Lingkungan yang dimaksudkan dalam hal ini meliputi lingkungan fisik maupun lingkungan psikologi. Lingkungan fisik dapat berupa rumah atau tempat tinggal individu tersebut, keluarga atau orang tuanya, tempat individu menimba ilmu (sekolah/kuliah), teman-teman sepermainan, tetangga, teman-teman sekantor, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan psikologi meliputi aspirasi, cita-cita atau harapan-harapan individu dalam hidup ini, dan segala persoalan yang mengitari hidup individu.
0 Komentar untuk "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian"